sebelum pagi usai, arak-arakan angin mulai gusar berputar-putar lalu lesap ke peluk teluk aku melihat nasibku, seperti hilir mudik perahu dari keramaian ke keramaian yang lain jangan pernah menuju sepi, katamu suatu waktu sebab dalam kesepian, mata maut berpagut bersyukur, karena pagi selalu kembali membawa embun dan menyimpannya di sepanjang jig1 ikan-ikan terkapar di tepiLanjutkan membaca “Pagi di Teluk Lampung”